Senin, 22 Maret 2010

pintu terlarang

PINTU TERLARANG: A New Film by Joko Anwar

Director’s Blog
Home



*
Pages
o Header Gallery
o Still Photos

*
Blogroll
o IMDB (Full Cast and Crew)
o Join Pintu Terlarang on Facebook
o Pintu Terlarang Official Website
o Wordpress Themes
*
Forum Discussion
o IMDB Forum
o Kafegaul
o Kaskus
o Lautan Indonesia
o Ruang Film
*
News
o Forbidden Door at Quiet Earth
o Joko Anwar Goes Through The Forbidden Door! (Twitch) (Including Exclusive Still Photos)
*
Categories
o Aftermath
o Behind the Scenes
o Festivals
o Official Site
o Posters
o pre-production
o Still Photos
o Teaser Photos
o The Shooting
o The Story
*
Recent Posts
o Another Fight at the Board
o We’re Back!
o Pintu Terlarang World Premiere at Rotterdam
o Pintu Terlarang Official Poster!
o Pintu Terlarang Official Website is Online!
*
Archives
o February 2009
o December 2008
o November 2008
o October 2008
o September 2008
o August 2008
o May 2008
o March 2008
*
Meta
o Log in
o Entries RSS
o Comments RSS
o WordPress.org
*

17 Feb
Another Fight at the Board

Yes, Folks.

As predicted, we had to go through another fight at the censorship board. Those were the days when we were very very worried. Would it pass the censorship? How many scenes they were gonna cut? Would they pass the movie at all? Me and Lala my producer were phoning each other every hour. Most of the times we could only say “I’m worried” to each other. We were like those two kids from Hansel and Gretel. We were trying to be brave and convince each other that everything was gonna be okay. And it wasn’t okay at all.

We weren’t just worried about the violent scenes, but the whole movie because it could be the most politically-incorrect film ever found here. Dotty, my post-production producer, called me and Lala the day after we submitted the film to the board. She was trying to be cheerful but we knew she was also very worried.

“They loved the film,” Dotty said in a phone call.

“Does that mean they’re gonna pass it?” Lala and I asked.

“We don’t know about that. But they said they loved the film.” Dotty said.

We didn’t know whether we should be happy to hear that or not because they could just try to smooth-talk us. You know, like a sweet talk before a stab in the heart. A kiss before dying. “I love you, but I’m sorry i have to kill you”, or something. From what we heard, there were a lot of arguments in the screening room at the board they had to watch the movie three times in one day to make a decision. Then finally called us to have a meeting.

They said they had to cut the scenes where someone being slit in the throat. They said the scene thought people how to slit someone’s throat. I said “Huh? Don’t people already know how to slit a throat? Just put a knife of someone’s throat, give some pressure to it, and slit.” We even slit throats of many animals every year and celebrate it. But well, yeah, we could understand if that scene was cut so we let it go (not before a fight, of course. I mean, movie violence is different that real life violence. There’s an interesting video on Tarantino on this subject. Watch it. It’s very interesting).

But one of the things that puzzled us was that they were initially gonna cut a scene with the priest. Why? Because the priest says “There’s no hell.” Why? Because they said “We are a nation of religious people. And religious people believe that hell exists.” Well, ummm… I don’t know, Ma’am. I’ve never been there. Have you?” But they finally let the scene stay in the picture.

They also cut several seconds of the marital rape scene. Not because it’s violent or shocking (as you may already know, the shot used wide angle and it was almost in silhouette). But because, they said, “The shot would be better if it’s shorter.” Huh? So they’re not just a censorship board, but they are also the board of film aesthetics. Oh, excuse me, I forgot that the board members are also those who used to make films. I think they got a word for them. Starting with the letter “h”.

Oh, well. We ended up witnessing 15 meters of our film being cut in front of our own eyes.

—-

Read my past posting on censorship on my blog.

Posted in Behind the Scenes by: jokster
1 Comment
17 Feb
We’re Back!

Our deepest apology for the rare updates (though those of you who have joined Pintu Terlarang page on facebook can follow the news on the movie as it happens). But now, after the all the hustles, we are back online.

Posted in Aftermath by: jokster
No Comments
22 Dec
Pintu Terlarang World Premiere at Rotterdam

Pintu Terlarang (The Forbidden Door) has been selected in the 38th International Film Festival Rotterdam which is scheduled to run from January 21 until February 1, 2009.
IFFR 2009

IFFR 2009

Posted in Aftermath, Festivals by: jokster
9 Comments
22 Dec
Pintu Terlarang Official Poster!

Hey Folks,

The official poster for Pintu Terlarang is finally out!

Posted in Posters by: jokster
16 Comments
22 Dec
Pintu Terlarang Official Website is Online!

Hey Folks,

Our website is finally up and running. Find more stills, behind-the-scenes photos, and lots of other goodies there! www.pintuterlarang.com

Pssst… there are some previews of the music, too!
Pintu Terlarang Homepage Screenshot

Pintu Terlarang Homepage Screenshot

Posted in Official Site by: jokster
8 Comments
11 Nov
New Poster!

Hey guys,

The post-production turned out to be more hectic than the actual shooting! I’m so sorry for not updating this blog for a looong time. But everything turned out great. We just finished color-grading the movie and we have cut the trailer. A so-called ‘for mature audience only’ trailer has been floating around the internet just two days after we finished it. I’m sure you can find it with a little help from Google.

But now I’m back blogging. And this is our gift for your patience and loyalty. A new poster.
Pintu Terlarang Poster #3

Pintu Terlarang Poster #3 by Mayumi

Posted in Posters by: jokster
11 Comments
02 Nov
Bring in the Music! A Note by Aghi Narottama





The Team


Senangnya saya ketika kembali diminta sutradara Joko Anwar menggarap musik untuk film “Pintu Terlarang” (PinTer) setelah kegilaan kami bersama tertuang di film sebelumnya, KALA, dimana pembuatan musiknya sangat intense dan menyenangkan.

Setelah ditelpon dan kita ketemu di sekitar bulan April, dia mulai membicarakan sinopsis cerita-nya..dan saya belum ‘ngeh’ membayangkan film ini sampai dia memberikan saya script-nya..setelah saya baca di rumah dengan seksama, tidak sampai 10 menit saya baca saya langsung SMS dia “this is fuc#ing brilliant!!” ..dan so our deal is on!

Long story short..saya lalu memilih team musik dengan merekrut Bemby Gusti dan Ramondo Gascaro (team saya untuk film Berbagi Suami dan Quickie Express) untuk bersama saya membuat musik scoring-nya…serta saya meminta bantuan Zeke Khaseli (team saya untuk film KALA) untuk membuat lagu2 yang sifatnya “songs”…tak lama setelah itu, Joko juga meminta saya untuk mengajak TIKA dan band SORE untuk juga menyumbang lagu2 di dalam film ini,
Jadi inilah team inti kami:

Original Music Score by: Aghi Narottama, Bemby Gusti, Ramondo Gascaro

Additional Songs by: Zeke Khaseli, SORE, TIKA

So untuk meluruskan kesimpangsiuran siapa sih sebenernya yang membuat musik Pintu Terlarang? jawabannya adalah nama2 tersebut di atas, dengan fungsi dan job desc yang terbagi2…so it’s not a one-man show..it’s a team work!…sebuah cara kerja yang selalu saya pilih karena it’ll make the music much richer and more exciting….dan kami sengaja tidak menaruh kata2 “Music Director” di sini karena agak terlalu rancu artinya jika dilakukan dengan team yang cukup ramai….sayang Hans Zimmer (yang entah dapat kabar dari mana digosipkan ramai di internet dan mailing list bahwa dia ikutan bikin musik di film ini) nggak jadi ikutan karena dia nggak mau dibayar cuma pakai pecel lele..hehe..it’s ok..we don’t need him anyway..

The Idea


Awalnya Joko memberikan ide untuk musik film PinTer ini bahwa musiknya akan dibuat “mocking” jadi dibuat kontradiktif dengan situasi ceritanya, dimana (mudah2an anda sudah membaca sinopsis ceritanya) situasi karakter Gambir yang penuh dengan hal2 absurd dan twisted akan diiringi musik2 yang light-hearted berirama jazzy dan oldies.. wow..sebuah tantangan seru..namun kami belum bisa yakin kalau ide ini akan sesuai dengan gambar, karena kita bener2 have no idea what’s the picture is going to look like..tapi kami tetap start mencari cari referensi musik2 seperti musik2 Howard Shore, Lex Baxter, dan beberapa musisi Jazz tahun 50-an

Dan sebelum mereka shooting Joko memberi saya PR untuk membuat musik untuk opening credit, di mana memang diperlukan duluan karena opening creditnya akan berupa animasi..Joko meminta saya untuk membuat musik bernuansa musik acara TV tahun 50-60-an, seperti serial TV “Land of Giants” atau “Time Machine”..so ada banyak sekali referensi musik di kepala kami saat itu..hehe

The Shooting Days


Tibalah saat shooting, and this is a time for us to “wait and see” karena semua ide awal bisa saja berubah jika shooting sudah dilakukan..dan perkiraan kami benar..di tengah2 waktu shooting..Joko menelpon saya dan mengatakan kalau ide nuansa Jazz nampaknya tidak akan sesuai dengan gambarnya..dan ide “mocking” itu juga akan sulit dilakukan karena filmnya jadi jauh lebih “dark” dari yang direncanakan..

So..di antara hari2 shooting itu, saya kembali bertemu dengan Joko, dan dia memberi referensi baru untuk scoring-nya: The Shining!! Huahahaha..saya cukup kaget karena musik film The Shining adalah salah satu musik paling seram dan disturbing yang pernah saya dengar selain musik film G30S/PKI.

.selain itu Joko juga meminta kami untuk mencari2 musik2 yang sifatnya dark-atmospheric dengan sound2 yang lebih menyerupai sound design ketimbang musik bernada..ok..kita jabanin! Saya juga memberikan ide bahwa nanti kita akan memakai bunyi2an perkusif dengan menggunakan barang2 sampah (junk) yang suaranya cukup menghasilkan nuansa intense..dalam hal ini saya berencana memakai drum besar (untuk minyak tanah), sebuah sink baja, dan macam2 junk lainnya yang kalau dipukul akan berbunyi aneh..hehehe..it’s gonna be crazy!

Joko juga sedikit merubah konsep songs-nya dari broadway-style musik menjadi a very beatuiful-light-hearted oldies songs seperti lagu2nya Englebert Humperdinck, Al Gouly, dll..

Untuk scoring, saya setuju dengan perubahan ini karena akan membuat penonton lebih mudah mengikuti alur cerita dan lebih memainkan emosi ketimbang mereka harus menebak2 apa maksudnya kalau musik ini dibuat secara “mocking”…namun konsep “mocking” itu sendiri tidak sepenuhnya dihilangkan..untuk songs..konsep ini tetap berlaku, cuma style musik-nya aja yang agak dirubah..

The Production


Tibalah waktu preview!! Di bulan puasa yang panas itu kami berkumpul di tempat editing dan memulai preview editing-nya..Joko juga sudah menaruh beberapa referensi musik yang dia pilih di beberapa spot adegan, untuk memudahkan kami dalam menentukan spot..dan ternyata benar bahwa scoringnya lebih cocok jika dibuat sesuai dengan gambar (non-mocking) namun untuk beberapa adegan dengan musik yang sifatnya songs, konsep mocking itu sangat terasa and it works very well!!..so ini akan menjadi sebuah kombinasi musik yang cukup aneh, twisted dan emosional sekali..hehehe

Lalu saya mengadakan workshop bersama team SONGS, untuk Zeke mendapat 5 spot lagu, dimana dia akan membuat musiknya bersama band baru-nya yang diberi nama Mantra (bersama Emil Naif, Anda, Leo, Yudi dll) dan satu lagu dia lempar ke sebuah band jazz bernama Notturno
Untuk SORE mendapat 2 spot lagu, dan mereka akan featuring seorang vokalis angkatan lama yang tidak lain adalah bapaknya Ramondo Gascaro sendiri..
dan TIKA mendapat 1 spot lagu, dimana dia akan bekerja dengan band-nya, TIKA and The Dissidents bersama Iman Fattah, Lucky Anash dll

Dan ternyata ada 1 spot yang kurang, dan itu adalah spot lagu untuk adegan makan malam yang bernuansa natal (referensi awal adalah A Christmas Song by Nat King Cole, namun ), namun lagu ini tidak akan cocok bila digarap oleh SORE, TIKA atau Zeke..so kami sepakat untuk membuat lagu ini khusus dan dibuat dari nol..Ade Paloh (SORE) yang membuat musik dan lirik dasarnya, dan dinyanyikan oleh seorang pendatang baru: Alfred Ayal…dan lagu ini kita beri nama “A Merry Mist”

Setelah workshop, saya pun bisa “melepas” Zeke, SORE dan TIKA untuk membuat lagunya masing2 dengan bebas ..dan pekerjaan saya, Bemby dan Mondo pun dimulai.

The Recording Sessions

Scoring musik PinTer dimulai dengan pembuatan musik MIDI untuk preview pertama kepada sutradara..kami bertiga mulai men-compose musik dengan menggunakan software Propellerhead Reason selama libur lebaran..dan semua berjalan sangat lancar karena kami bertiga memang sudah “satu kepala” jadi begitu kami berkumpul lagi dan menggabungkan musik2 yg kita compose di rumah masing2…musiknya sungguh sangat menyatu dan saling mendukung warna masing2..

Hari selasa tgl 7 Oktober kami melakukan preview MIDI musik kami dan preview musik rough untuk SONGS kepada Joko, dan semua berjalan sangat lancar…hanya sedikit minor revisi dari Joko untuk beberapa musiknya..selebihnya dia sangat senang dan memberi lampu hijau untuk segera mulai tahap recording dengan para pemain profesional.

Setelah itu, Mondo dan Bemby membuat tulisan score-nya dan kami juga langsung menyiapkan layer2 track guide di Pro Tools untuk guide para pemain untuk merekam instrument-nya..however beberapa musik kami tetap menggunakan layer MIDI untuk memberi kesan “tebal” dan “rich”..sebuah konsep yang selalu dilakukan oleh Danny Elfman (Batman Returns, Sleepy Hollow, Edward Scissorhand, etc), di mana dia selalu menggabungkan unsur orchestra dan MIDI dalam setiap scorre-nya…terlebih untuk film PinTer ini banyak musik scoringnya menggunakan musik yang bergaya sound2 design yang di-enhanced sedemikian rupa sehingga terdengar seperti gelombang2 suara TV dan radio serta suara2 “inner mind” dari karakter Gambir ini..jadi yang akan direkam ulang dengan menggunakan instrumen asli adalah: Piano, Guitars, Strings Section (Violin-Viola-Cello), Alto Sax, Tenor Sax, Clarinet, Choir, Drums and Junk Percussions.

Recording session musik scoring-nya dimulai dengan merekam drum track oleh Bemby. Tidak banyak drum track yang ada untuk score film ini, jadi Bemby menyelesaikan semuanya tidak lebih dari 1 jam..sisanya dia mengisi drum untuk lagu SORE di film ini. Dan karena banyaknya waktu tersisa, Mondo pun mengisinya dengan merekam track piano, guitar dan backing vocal untuk lagu “Merry Mist”

Di sesi kedua kita merekam saxophone dan clarinet yang dimainkan oleh satu orang, yaitu Bimo Haryo Prakoso. Dia adalah pemain profesional yang biasa mengisi permainan instrumen untuk live dengan Twilite Orchestra, juga pernah mengisi rekaman untuk album SORE , Ports of Lima.
Permainan saxophone di score ini dibuat hampir tanpa tulisan score, hanya beberapa spot saja..sisanya kita membiarkan Bimo memainkan saxophone-nya dengan improvisasi dia sendiri, and he’s done it termendously well!! Nuansa dark dan twisted dengan gaya noir keluar dari permainan spontan-nya..serta permainan clarinet yang sangat rapi membuat semuanya tampak mudah baginya..kita yang berada di balik kaca ruang recording cuma bisa mengangguk angguk puas..

Sesi ketiga adalah sesi yang paling seru, karena ini adalah sesi junk percussions..kenapa saya bilang junk percussions? Karena perkusi yang kami mainkan adalah terdiri dari: sebuah drum yang biasa dipakai untuk menyimpan minyak, sebuah sink dari bahan stainless steel, sebuah standbook (yang biasa dipakai untuk menaruh score sheet), sebuah kick drum yang kita tidurkan posisinya, dan sebuah floor tom
Sehari sebelum sesi ini saya sempet bingung mencari drum besar, untung Tika punya beberapa sisa drum yang tak terpakai untuk Kafe Kedai-nya dan dia mau meminjamkan satu untuk saya…mudah2an dia tidak marah karena sekarang drum-nya sudah penyok-penyok..begitu juga dengan sink stainless steelnya..saya colong itu dari rumah, sebetulnya sink itu untuk rumah saya yang akan dibangun nanti, tapi karena tidak sempat beli, akhirnya saya “pinjam” dulu untuk scoring ini..dan setelah dipukul2 secara membabi buta, sink itu sekarang bentuknya sudah tidak terlalu bersahabat…well..better not tell my wife about it
Di awal sesi ini, sound engineer kita, Pandu, dengan asisten-nya, Jimmy, cukup kerepotan untuk menentukan posisi mic-ing alat2 ini..karena memang belum pernah dilakukan..dan saya biarkan mereka mencari2 posisi, resonance, dan ber-mic-ing technique sesuka mereka..kita semua bereksperimen di sini…hasilnya: Pandu dan Jimmy menaruh posisi alat2 junk ini secara melingkar..lalu selain posisi semi-close-mic untuk setiap alat, mereka juga menaruh beberapa condenser mic yang ditaruh secara melingkar pula di atas ruangan studio untuk mendapat ambient sound yang luas..
Dan saat check sound, kita semua sangat surprise dengan suara yang dihasilkan..sungguh intense, rich, tebal dan ramai!!..sesuai dengan yang kita inginkan….
Dan kita bertiga-lah (Aghi, Bemby, Mondo) yang memainkan dan memukul2 alat2 ini dengan gila2an dan rekaman dilakukan ber-layer2 dan dengan berbagai macam eksperimen..kadang kita bergantian memukul alat2 yang berbeda..kadang kita mencoba memukul alat2 dengan tangan atau mallet, atau stick drum..kadang kita mencoba mencari suara2 gemuruh dengan mengguling2kan drum minyak..bisa dibayangkan betapa serunya sesi ini..hasilnya pun sangat memuaskan, selain tangan kita yang memar2 dan alat2 yang penyok2 dan kemungkinan saya akan didamprat istri karena membuat sink-nya tak berbentuk..

Sesi keempat diisi oleh choir, dan dibantu oleh vocal director handal Irvan Nat yang sudah saya percayakan membantu saya untuk beberapa project sebelumnya (KALA, TVC Bentoel dll)..sangat luar biasa sekali treatment dia untuk choir ini karena hasilnya sungguh di luar dugaan..dan yang paling gila..choir-nya hanya diisi oleh 2 orang saja: Gabe dan Jean..kedua orang ini mampu membuat suara 2 orang menjadi suara 80 orang dengan arahan Irv Nat. Mereka juga pintar merubah timbre dan tone suara mereka sehingga choirnya benar2 terdengar seperti 80 orang..

Sesi terakhir diisi oleh strings section oleh team GEE Strings: Helmy, Condro dan Alvin pada violins, Jacob pada viola dan Santos pada cello. Mereka juga adalah para pemain yang biasa membantu Magenta Orchestra dan Erwin Gutawa, jadi jam terbang mereka tidak perlu ditanyakan lagi. Walaupun begitu, “feel” dan “soul” mereka dalam memainkan musik2 scoring untuk film sebetulnya masih bisa dimaksimalkan lagi, mereka sendiri mengakui kalau mereka terlalu sering memainkan lagu2 pop, hingga tantangan permainan dan perkembangan skill mereka juga tidak terlalu berkembang…walaupun secara kualitas, mereka cukup dikenal sebagai top players di dunia orkestra Indonesia..mudah2an mereka makin sering mengisi music scoring untuk film supaya feel film-nya dapet..
Dan atas alasan itu pula rekaman mereka pun juga dilakukan ber-layer-layer dan berulang ulang. Dan sesi ini selesai dalam waktu sekitar 9 jam, dimulai dari pukul 6 sore dan selesai sekitar jam 3 pagi..sungguh melelahkan. Dan walau saya sebagai mixing engineer nantinya harus bekerja cukup keras mem-filter dan membetulkan beberapa suara strings-nya..namun secara keseluruhan, permainan mereka sangat OK dan memuaskan.

Salut kepada semua player yang mendukung kami di penggarapan scoring film PintTer ini!!! Semoga bisa menjadi team yang solid dan selalu dipakai untuk film2 berikut

NEXT: Music Post Production (in progress)

Posted in Behind the Scenes by: aghinarottama
4 Comments
21 Oct
Teaser Poster #2

Posted in Posters by: jokster
8 Comments
21 Oct
Photo Stills Batch #1

Posted in Still Photos by: jokster
No Comments
21 Oct
First Teaser Poster #1

Posted in Posters by: jokster
5 Comments
« Previous Entries
Pintu Terlarang | Official Site | All materials in this blog may be reproduced without prior permission.

1 komentar:

  1. Malam, permisi boleh minta lirik merry mist nya?? sudah bertahun2 lama nya saya mencari lirik lagunya belum nemu juga. bisa email ke gupta_ganesha@yahoo.com ?? Many Thanks before

    BalasHapus